Kisah Keluar Masuk Panti Pijat



Sore itu, Sabtu (2/4/2011), handphoneku bordering. Sebuah nama muncul di sana, seorang teman yang hamper mirip saudara. Langsung saja aku mengangkatnya. Tanpa basa-basi, dia pun mengatakan keinginannya, minta tolong diantar ke beberapa tempat. Aku pun menyanggupinya, tanpa harus bicara panjang lebar. Apalagi, permintaan itu sudah biasa aku dapatkan darinya. Dalam hitunganku, beginilah membantu teman, dan semoga menjadi amal ibadah.

Selepas Isya aku meminjam motor seorang teman untuk mengantarkan teman yang mirip saudara itu. Maklum, motorku dibawa adikku main futsal dan berencana bermalam di tempat temannya. Malam itu, aku harus bertanya ke beberapa orang untuk sebuah alamat, sebab teman yang mirip saudara itu seorang tunanetra, yang tak begitu jelas mengetahui tujuannya. Akhirnya, satu per satu, alamat tujuan pun aku dapatkan tanpa membutuhkan waktu yang lama, sebab setiap alamat memiliki tanda khusus.

Kepada alamat tujuan, kami meninggalkan sebuah kotak kardus berisi roti. Sungguh, aku melihat rona bahagia dari setiap wajah yang mendapatkan bingkisan dari teman mirip saudara itu. Dalam hati aku berkata, “Beginilah Allah menciptakan persaudaraan di antara mereka.”

Keesokan hari, aku pun mengantarkan kembali teman yang mirip saudara itu menjalankan misi persaudaraan, persis seperti malam sebelumnya. Di atas motor, kami meluncur sambil diguyur gerimis. Meskipun tak kuyup, kami kedinginan oleh angin yang bercampur hujan. Namun, demi misi persaudaraan itu, kami tetap melaju. Ya, kami berdua sebenarnya sedang mengirimkan sebuah roti sebagai symbol rasa syukur teman mirip saudaraku itu atas kelahiran putrinya yang “normal”, tak seperti ayahnya yang difabel (tunanetra).

Tempat tujuan kami adalah “Panti Pijat-Panti Pijat Tunanetra”, yang tidak lain adalah anggota komunitas Tunanetra Yogyakarta. Mereka tersebar di berbagai tempat, di sudut-sudut kampung di Yogyakarta. Sebagai komunitas, mereka terorganisasi secara baik. Bahkan, sebulan sekali diadakan pengajian, selain pertemuan koperasi dan arisan. Sungguh, inilah komunitas yang membuatku banyak belajar tentang arti persaudaraan dan mungkin kesabaran, serta keteguhan.

0 komentar: