Kemana Saja Bantuan Pemerintah untuk Panti Pijat

CILANDAK (Pos Kota) – Meningkatkan kualitas hidup penderita tuna netra, Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan mengadakan pelatihan manajemen terhadap 20 dari 35 panti pijat tuna netra di Jaksel.

“Tahun ini Sudin Sosial Jaksel memberi pembinaan manajemen dan bantuan barang-barang kepada 20 dari 35 panti pijat yang terdata,” Kasudin Sosial Jaksel, Abdurahman Anwar.

Pelatihan untuk manajemen bisnis bagi pengelola panti pijat tuna netra sangat penting demi memperbaiki taraf ekonomi. Terlebih lagi selama ini pengelolaan uang dan kondisi tempat panti pijat belum dikelola dengan baik.

Kepala Seksi Rehabilitasi Sudin Sosial Jaksel, Miftahul Huda menambahkan 20 panti pijat itu juga mendapatkan bantuan seperti seprei dan kipas angin agar pengunjung menjadi lebih nyaman.

“Pelatihan dan bantuan diberikan kepada panti pijat yang paling aktif dengan jumlah pengunjung yang banyak,” urainya.

Di antara panti pijat yang mendapat bantuan tersebut berlokasi di Tebet dan Pasar Minggu.

SUKU Dinas Sosial (Sudinsos) wilayah Jakarta Selatan, akan membantu 20 panti pijat tunanetra di Jakarta selatan, sehingga dapat mampu bersaing dengan panti pijat yang normalnya.

Kepala Seksi Rehabilitasi Sudin Jakarta Selatan, Miftahul Huda mengatakan, ada sekitar 35 panti pijat tunanetra di wilayah Jakarta Selatan. Namun, untuk yang mendapat bantuan hanya 20 panti pijat tunanetra.

"Bantuannya macam-macam, berupa barang fasilitas," ujar Miftahul Huda, Jumat (23/8).

Dikatakannya, panti pijat yang akan diberikan bantuan hanyalah yang paling aktif, dalam artian banyak pengunjung sehingga peluang untuk mendapatkan bantuan semakin tinggi.

"Kalau untuk contoh bantuan barang itu seperti jam bicara, sprei, dan kipas angin," tuturnya.

Sementara itu, untuk wilayah panti pijat tunanetra yang paling banyak didapati di kawasan Pasar Minggu dan Tebet.

Namun demikian, kata Miftahul, yang dimaksud diberi bantuan kepada panti pijat tunanetra tersebut, agar mampu bersaing dengan panti pijat lainnya. "Karena dia selalu kalah dengan panti pijat normalnya," ucapnya.

Dari beberapa sumber.
Bantuannya sampai jogja tidak ya?

0 komentar:

Antara Jodoh dan Pembinaan Panti Pijat Profesional

Hidup dengan keterbatasan daya penglihatan, tak membuat para tunanetra patah semangat. Sudin Sosial Jakarta Selatan (Jaksel) pun mencoba memfasilitasi keahlian memijat para tunanetra di Jaksel, dengan terus melatih dan membina. Sehingga, diharapkan para tuna netra bisa profesional dalam menjalankan bisnis pijatnya.

"Di Jakarta Selatan, dari pendataan untuk panti pijat tunanetra yang terdaftar, ada 35 panti. Tahun ini kami akan bantu pembinaan serta barang-barang untuk 20 panti," ujar Abdurahman Anwar, Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Sabtu (24/8/2013).

Menurut Abdurahman, bakal ada pelatihan manajemen bisnis bagi panti pijat tunanetra. Selama ini, para penyandang disabilitas kerap tidak bisa memerbaiki ekonominya, sebab tidak memiliki ilmu manajemen dalam berbisnis.

"Pengelolaan uang dan tempat panti pijatnya belum tertata dengan baik. Makanya kami akan beri pelatihan manajemen," jelasnya, seperti dikutip Tribunnews.com dari Beritajakarta.com.

Sementara, Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Miftahul Huda menuturkan, ke-20 panti juga akan diberikan bantuan beberapa macam barang. Panti pijat tunanetra yang akan diberikan bantuan adalah panti pijat yang paling aktif.

"Aktif dalam artian jumlah pengunjung. Bila pengunjungnya banyak, maka peluang mendapatkan bantuan akan semakin tinggi," katanya.

Beberapa bantuan yang akan diberikan di antaranya jam bicara, seprai, dan kipas angin.
"Wilayah yang paling banyak didapati tempat panti pijat tunanetra, di antaranya di Pasar Minggu dan Tebet," tuturnya. 

Hampir sebagian besar tuna netra menetapkan pasangan berdasarkan suara lawannya dan perasaan.
Hal itu berlaku juga pada pasangan tuna netra yang menikah massal pada acara 'Mimbar Hiburan dan Amal Bagi Dhuafa ke-24' di Pendopo Kota Bandung Jalan Dewi Sarika, Rabu (26/6/2013).

Pasangan Regan (34)-Sri (42) misalnya. Mereka berdua sama-sama bekerja di panti pijat, kemudian bertemu. Seperti pepatah, melalui komunikasi intensif, keduanya jatuh cinta. Keduanya tidak mengandalkan mata yang tidak bisa melihat, tetapi menebak-nebak karakter dan ketajaman intuisi.

"Pas kerja sering ngobrol, lewat telepon juga, ternyata nyambung. Saya suka karena istri saya lugu. Kami punya insting," ujar Regan usai melangsungkan ijab kabul.

Awalnya, dia mengaku tak mendapat persetujuan dari keluarga besar Sri saat akan menikahi perempuan pilihannya. Namun dia akan membuktikan pilihannya itu dalam berumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.

"Saya yakin saja sama Tuhan. Saya akan buktikan bisa jalani rumah tangga ini," tuturnya.

Dia dan Sri sudah sepakat untuk tidak menunda-nunda punya anak. Tetapi kalau bisa anak itu hadir setahun kemudian karena masih punya masalah keuangan. "Harapan kami punya anak bisa melihat, gak seperti kami," tandasnya.

0 komentar:

Bantuan dan Pembinaan untuk Panti Pijat Tunanetra di Jakarta

Sebanyak 35 panti pijat tunanetra di wilayah Jakarta Selatan akan mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan. Bantuan diberikan agar panti pijat tunanetra dapat bertahan dan mampu bersaing dengan panti pijat pada umumnya.

"Panti pijat tunanetra yang akan diberikan bantuan adalah panti pijat yang paling aktif, aktif dalam artian banyak pengunjung," kata Kepala Seksi Pelayanan dan Rehabilitas Sudinsos Jakarta Selatan Miftahul Huda melalui pesan singkat, Jumat (23/8/2013).

Miftahul mengatakan, bantuan yang akan diberikan pada akhir Agustus nanti berupa jam bicara, sprei, dan kipas angin. Jam bicara adalah jam yang dapat bicara. Jam itu akan mengelurkan suara yang menunjukkan waktu saat itu, misalnya pukul 01.00. Saat ini, mayoritas panti pijat tunanetra di wilayah Jakarta Selatan berada di Pasar Minggu dan Tebet.

Hidup dengan keterbatasan daya penglihatan, tidak membuat para tuna netra patah semangat. Sudin Sosial Jakarta Selatan pun mencoba memfasilitasi keahlian memijat para tuna netra di Jakarta Selatan dengan terus melakukan pelatihan dan pembinaan. Dengan pembinaan itu diharapkan para tuna netra bisa profesional dalam menjalankan bisnis pijatnya.

"Di Jakarta Selatan dari pendataan untuk panti pijat tuna netra yang terdaftar ada 35 panti. Tahun ini kita akan bantu pembinaan serta barang-barang untuk 20 panti," ujar Abdurahman Anwar, Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Sabtu (24/8).

Menurut Abdurahman, akan ada pelatihan untuk manajemen bisnis bagi panti pijat tuna netra. Karena selama ini, para penyandang disabilitas kerap tidak bisa memperbaiki ekonominya sebab tidak memiliki ilmu manajemen dalam bisnisnya. "Pengelolaan uang, dan tempat panti pijatnya belum tertata dengan baik. Makanya kita akan beri pelatihan manajemen," tukasnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda mengatakan, 20 panti itu juga akan diberikan bantuan beberapa macam barang. Panti pijat tunanetra yang akan diberikan bantuan adalah panti pijat yang paling aktif. "Aktif dalam artian jumlah pengunjung. Bila pengunjungnya banyak maka peluang mendapatkan bantuan akan semakin tinggi," katanya.

Beberapa bantuan yang akan diberikan di antaranya jam bicara. Bantuan lainnya yang diberikan adalah sprei dan kipas angin. "Untuk wilayah yang paling banyak didapati tempat panti pijat tuna netra di antaranya di Pasar Minggu dan Tebet," tandasnya.

Diambil dari beberapa sumber.

Kira-kira di Jogja ada atau tidak ya?

1 komentar: